Puang Tanre Wara, Penguasa Puncak Bukit Mampu

Wisata alam Gua Mampu didominasi oleh wisata religi yang berpusat di atas puncak bukit Mamp. Para pengunjung atau peziarah bukan hanya datang dari sekitar kabupaten Bone, tetapi juga dari daerah lain, misalnya Kalimantan, Sumatera, Jawa, bahkan dari negeri jiran Malaysia. Biasanya mereka datang kesitu apabila nazar atau hajat mereka telah terkabul. Contohnya : Apabila seseorang ingin pergi merantau mereka berhajat apabila berhasil di tanah rantau, akan kembali ke situ mempercantik makam. Setelah hajatnya terlaksana, mereka kembali kesitu karena apabila tidak, mereka biasanya akan mendapatkan bala-bencana atau penyakit yang aneh-aneh.  Itu menurut kepercayaan salah seorang peziarah yang diwawancarai Wartawan MITOS.

     Makam Puangnge Tanre Wara (foto: MITOS)
 
Makam di atas puncak bukit Mampu, dikenal oleh masyarakat bugis dengan nama Puang Tanre Wara (Raja yang memiliki api yang berkobar), atau dengan nama lain Puangnge Coppo Bulu (Raja dari puncak bukit).
Ciri-ciri kemunculan Puang Tanre Wara, biasanya ditandai dengan aroma harum mewangi di seputaran bukit Mampu. Peristiwa ini sudah dialami oleh wartawan MITOS  (baca : Karena ingkar janji satu kampung jadi batu). Digelari Puang Tanre Wara, karena awal kemunculannya di atas bukit ditandai dengan api yang berkobar di atas bukit Mampu beberapa abad yang lampau. Besarnya kobaran api itu dapat menerangi desa-desa di sekitar bukit Mampu. Tapi anehnya kobaran api itu tidak membakar pepohonan di sekitarnya, jadi hanya merupakan kobaran api  yang berwujud cahaya saja. Seperti penuturan Hj. Andi Marauleng (67) kepada Wartawan MITOS beberapa waktu lalu.
Pada zaman kerajaan, kemunculan Puang Tanre Wara biasanya melalui media orang yang kesurupan, ditandai dengan ritual acara Mappadendang (tari-tarian yang diiringi oleh gendang) dan biasanya disiapkan bara api yang telah disulut api hingga berkobar-kobar. Kemudian orang yang telah dikuasai oleh Puang Tanre Wara akan masuk kedalam api. Seperti pengalaman salah seorang Wartawan MITOS yang menyaksikan secara langsung pengalaman seperti itu.
Sekitar tahun 1993 salah satu kerabat Wartawan MITOS bernama Nur (30) menderita penyakit yang diindikasikan sebagai penyakit santet atau guna-guna. Sudah banyak paranormal yang berusaha mengobati penyakitnya tersebut, tapi sejauh ini belum ada yang dapat menyembuhkannya. Ketika Nur di ambang batas kepasrahan, tiba-tiba Tuhan menunjukkan kebesarannya dengan menggerakkan hati salah seorang hambanya untuk datang menolong walaupun dalam bentuk dimensi yang lain. Puang Tanre Wara yang tergerak hatinya melihat penderitaan Nur karena dia memang sangat benci pada segala bentuk kemusyrikan yang berbentuk santet. Dia yang berbentuk gaib memasuki tubuh mungil Nur dan disitulah fenomena alam gaib terjadi.
Seketika itu juga terjadi perubahan besar terhadap Nur, suaranya mendadak berubah menjadi seperti suara lelaki yang mengandung wibawa yang cukup besar. Maka seketika itu pula terkumpullah sanak keluarga Nur turut menyaksikan fenomena itu. Nur meminta dikobarkan api  oleh salah seorang keluarganya. “Alakka’ wara api nappa pallua’I (Ambilkan bara api kemudian nyalakan)” perintah yang keluar dari mulut Nur. Kemudian setelah itu, kaki kecil Nur menginjak bara api yang telah berkobar besar. Ajaibnya, tak sedikitpun Nur merasakan panasnya api itu apalagi hingga kulitnya menjadi terbakar. Tidak sama sekali. “Aja’ mumarukka, melokka majjenne’ (Jangan ribut, aku mau berwudhu)” bentak Nur yang kemudian berwudhu di atas api yang berkobar tersebut. Memang pada saat itu adzan shalat ashar telah berkumandang di mesjid. Setelah shalat di atas api, Nur lalu memberikan petuah tentang agama kepada sanak keluarganya. Dengan jari-jemari yang meliuk-liuk laksana membuat suatu tarian dan sekujur tubuhnya yang masih tetap berada di atas bara api, dari situlah didapatkan informasi bahwa Nur menderita penyakit guna-guna, yang hanya dapat disembuhkn dengan bantuan salah seorang keluarganya di Makassar. Setelah semua petuah yang disampaikan oleh Puang Tanre Wara dilakukan oleh keluarga, akhirnya penyakit guna-guna dalam tubuh Nur dapat disembuhkan, dengan bantuan Puang Tanre Wara, beserta kerabat Nur dari Makassar tersebut.
Selain pengalaman Nur, ada pula pengalaman yang dialami oleh Syamsuddin (45) warga desa Pakkasalo kabupaten Bone, yang sekarang bermukim di desa Sabbang Kabupaten Luwu. Sekitar tahun 2006, Syamsuddin menderita penyakit lumpuh sebelah. Menurut diagnosa dokter, dia mengalami semacam stroke ringan dan harus dilakukan fisioterapi yang berkelanjutan. Karena penyakitnya tak kunjung sembuh, dia kemudian berkonsultasi dengan salah seorang paranormal. Dari hasil terawang yang dilakukan oleh paranormal tersebut, ditemukan penyebab penyakitnya, yaitu dia sering menertawai kedua orang tuanya apabila berziarah ke Puang Tanre Wara. Padahal orang tuanya hanya sekedar berziarah mengikuti tradisi nenek moyangnya tanpa pernah meminta-minta di tempat itu. Setelah Syamsuddin mengakui segala kekhilafannya, dengan bantuan paranormal itu dia dipandu untuk bertobat kepada Tuhan dan selanjutnya meminta maaf kepada Puang Tanre Wara.
Ajaibnya, seketika itu pula tangan dan kakinya yang selama setahun terasa lemas dapat digerakkan dengan kuat. Akhirnya dengan diyakinkan oleh paranormal itu, dia berniat untuk mendaki bukit Mampu untuk berziarah ke makam Puang Tanre Wara. Untuk kesekian kalinya Tuhan memperlihatkan kebesaranNya, Syamsuddin yang baru saja dapat menggerakkan tangan dan kakinya dapat dengan sangat kuat mendaki bukit Mampu tanpa bantuan orang lain. Hingga saat ini Syamsuddin sudah sehat dan dapat beraktifitas lagi seperti sedia kala, mengolah kebun coklatnya di desa Sabbang. Hal yang mirip seperti inipun dialami oleh Ali salah seorang awak MITOS ketika berkunjung ke makam Puang Tanre Wara. (baca  : Karena ingkar janji satu kampung dikutuk jadi batu).    
Berdasarkan pantauan tim gaib MITOS, Puang Tanre Wara merupakan salah satu mahluk gaib dari kalangan bangsawan yang mendalami agama Islam (ulama). Jadi dia merupakan pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin agama bagi kaumnya, serta diberikan keistimewaan oleh Tuhan berupa kesaktian, yang dapat menaklukkan api dan sampai saat ini masih hidup.
Berbeda dengan pendapat sebagian orang yang menganggap dia merupakan manusia sakti yang pernah hidup dan dikuburkan disitu. Ini dapat dilihat dari makam (tempat) dia yang bentuknya seperti kuburan. Padahal ditempat itu dulunya hanya bertanda dengan sebongkah batu, entah siapa yang merubahnya menjadi berbentuk seperti itu. Dia sangat membenci segala bentuk kemusyrikan berdasarkan hasil komunikasi yang dilakukan, jadi orang yang berziarah disitu yang niatnya melenceng, pasti dia tak datang untuk menemuinya. Ada pertanyaan yang timbul  “Jadi siapa yang datang menemui para peziarah yang datang meminta-minta itu ?” Jawabannya pasti Iblis atau setan yang selalu datang menggelincirkan niat manusia agar tergelincir dalam jurang dosa. Bukankah Tuhan sudah memberikan peringatan kepada kita dalam Al-Quran bahwa : Tidak kuciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah kepadaKu.
Sekedar informasi bagi pembaca, sewaktu berita ini dibuat, penulis merasakan hawa panas yang menyelumuti tubuh, padahal sedang hujan deras. Seakan-akan penulis diawasi oleh sesuatu yang tidak dapat terlihat oleh mata. Wallahu alam. (MITOS/ali/awing)

Berita Terkait:

Mitos Utama
Fenomena
Liputan
DAFTAR ALAMAT
Pengobatan Alternatif
Konsultasi Gaib
Orang Pintar
Rumah Sakit
Telpon Penting
 
Copyright 2010 Majalah MITOS Makassar. All rights reserved.
Themes by MITOS | Redesign by crew Mitos