Gua Mampu Menanti Investor

Gua mampu terletak di desa Cabbeng kecamatan Dua Boccoe, kabupaten Bone, provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi gua ini berjarak lebih kurang 30 km dari Watampone, ibukota kabupaten Bone . Atau sekitar 4 km dari desa Uloe, ibukota kecamatan Dua Boccoe. Gua Mampu dapat ditempuh sekitar 4 jam dengan perjalanan darat dari kota Makassar.
Pada perempatan jalan menuju kabupaten Wajo dan desa Cendrana kabupaten Bone, ada gapura yang bertuliskan Wisata Alam Gua Mampu di depan jalan menuju desa Cabbeng kabupaten Bone. Sepanjang perjalanan menuju Gua Mampu, terhampar persawahan dengan saluran irigasi yang dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat. Akses jalan menuju lokasi pun sudah beraspal hotmix hingga kemulut gua.
Menurut  M.Aras (38 ) kepala desa Cabbenge yang ditemui belum lama ini di kediamannya oleh MITOS mengatakan, obyek wisata Gua Mampu ini sebagai wisata alam, juga sebagian besar wisata religi, karena sebagian pengunjung yang datang untuk melepas nazar mereka yang telah terlaksana”.  Aras yang terpilih sebagai kepala desa pada tahun 2007 lalu ini, sangat berhasrat  memajukan gua Mampu sebagai tujuan wisata utama, setelah Tanjung Pallette. Bahkan sangat berhasrat mengenalkan Gua Mampu hingga ke manca negara. Karena menurutnya, Gua Mampu merupakan salah satu gua terbesar di dunia, juga karena memiliki stalagtit  dan stalagmit yang tidak ditemui di gua-gua yang lain.
“Kalau ada investor yang mau bekerja sama dengan kami, masyarakat disini rela bagi hasil dengan memberdayakan tanah mereka. Karena yang dibutuhkan disini adalah villa serta kolam renang dari sumber mata air yang ada disekitar gua” kata Aras.
“Karena mata air dari gua mampu sekarang yang digunakan masyarakat setempat sebagai sumber air minum bahkan sekarang sudah dinikmati hingga ke desa Uloe sebagai ibukota kecamatan, dengan sistim pipanisasi yang dikelola oleh desa”  jelas Aras.  “Selain sarana air bersih sebagai penunjang, ada juga permandian air panas yang bisa melengkapi sarana wisata di gua Mampu ini” jelasnya lagi.  Apabila ada investor, silahkan anda bawa kesini, kami siap bekerja sama dengan mereka” paparnya kepada MITOS.
Pemandangan di mulut gua memang masih belum terjamah oleh tangan-tangan profesional,  yang ada hanya sebuah rumah panggung tempat peristirahatan. Pada bagian kiri dan kanan jalan berjejer penjual minuman yang membangun gubuk seadanya, jauh dari kesan indah sebagai tempat wisata.
Tiket masuk ke dalam gua seharga Rp.3000, dan biaya parkir motor seharga Rp.5000. Adapun biaya sewa obor Rp.2000 per satu obor, sedangkan tarif sewa jasa pengantar, biasanya tergantung kesepakatan masing-masing.
“Jumlah rata-rata pengunjung tiap harinya tidak tentu dan sebagian besar wisatawan lokal. Sedangkan wisatawan asing dalam sebulan paling hanya 2 orang saja” jelas M.Rijal (34) pengelola Gua Mampu.
Di dalam gua, ternyata begitu luas, yang membuat decak kagum bagi yang melihatnya. Rijal menjelaskan kepada tim MITOS secara rinci kejadian demi kejadian yang pernah ada disitu. Dari buaya yang jadi batu, pengantin, wanita yang digarami, orang melahirkan, kawin lari, orang menenun, lumbung padi, serta sawah yang semuanya telah menjadi batu. Di dalam gua sudah ada tangga yang terbuat dari beton yang membantu pengunjung mengitari gua. Yang menarik di dalam gua ada batu yang bisa mengeluarkan nada-nada apabila dipukul, serta batu pedoman yang jadi pedoman masyarakat setempat. Walaupun gua itu begitu luas dan panjang serta cukup melelahkan mengitarinya, tetapi cukup terbayar dengan fenomena alam yang ada di dalam gua tersebut.
Cuma yang membuat hati menjadi miris, karena banyaknya batu-batu yang menjadi simbol sudah rusak akibat ulah tangan-tangan yang tak bertanggung jawab. Selain itu banyaknya coretan-coretan grafitti pada batu  yang dilakukan oleh orang-orang yang kreatifitasnya salah tempat, sangat mengganggu pandangan mata. Dan yang lebih menyedihkan lagi karena tempat yang bisa dijadikan sebagai pelajaran kehidupan justru digunakan untuk tempat mengumbar-umbar kesenangan dengan banyaknya pasangan muda-mudi ditempat-tempat gelap yang entah melakukan apa.
Ada hal yang mengganjal yang mungkin bisa dihilangkan oleh pengelola wisata, yaitu dengan banyaknya pemuda yang mabuk di sekitar gua, sehingga membuat rasa was-was bagi pengunjung, utamanya pengunjung yang datang dari jauh. Karena salah satu faktor utama orang mau berwisata adalah keamanan dan rasa aman bagi pengunjung. Karena itu merupakan faktor yang terutama yang dinilai oleh fihak investor untuk datang.
Apabila semua faktor ini telah terpenuhi, tak salah kiranya jika wisata alam Gua Mampu berkata : “KAMI MENGUNDANG DENGAN HORMAT INVESTOR UNTUK DATANG KESINI”.(MITOS/ali/awing)   

Berita Terkait:

Mitos Utama
Fenomena
Liputan
DAFTAR ALAMAT
Pengobatan Alternatif
Konsultasi Gaib
Orang Pintar
Rumah Sakit
Telpon Penting
 
Copyright 2010 Majalah MITOS Makassar. All rights reserved.
Themes by MITOS | Redesign by crew Mitos