Rumah Runtuh, Jin Penjaga Kanal Marah!




Bumi diciptakan bagi umat manusia untuk mengatur dan memakmurkannya. Sedangkan bagi bangsa jin, mereka hidup dan berhak mengatur alamnya sendiri dan tidak berhak mengintervensi kehidupan manusia di alam nyata. Inilah aturan yang disepakati sejak awal, ketika Nabi Adam beserta anak cucunya menerima amanat dari Tuhan

Akan tetapi citra kehidupan telah terpuruk semakin jauh dari komitmen awal, akibat ulah dan kebodohan manusia itu sendiri. Akibatnya, kehidupan manusia kemudian sungguh banyak diintervensi oleh bangsa jin.

Kertika seseorang membeli sebidang tanah, lalu membangun rumah diatasnya, umumnya diawali dengan ritual untuk memohon izin kepada bangsa jin yang dianggap penguasa di tempat itu. Apabila tidak dilakukan seperti itu, maka seringkali muncul peristiwa yang aneh-aneh.

Bagi bangsa jin, biarpun rumah yang dibangun itu sudah punya IMB, tapi belum mendapat izin dari bangsa jin setempat, maka akibatnya bisa fatal. 
Seperti yang dialami pemuda bernama Asbar (30). Dia menceritrakan pengalamannya kepada MITOS saat membantu sahabatnya mendirikan sebuah rumah panggung pada tahun 1987. Lokasi rumah tepat berada di pinggiran kanal perumahan Permata Hijau Permai Panakkukang, Makassar. Saat itu cuaca sangat cerah seusai turun hujan sore hari, saat dia menemani sahabatnya mendirikan rumah.

Rahman, pemilik rumah, saat memulai mendirikan rumah, tidak mengadakan prosesi ritual seperti yang sering dilakukan oleh sebagian masyarakat Bugis Makassar, yaitu ritual memohon izin pada penguasa alam ghaib.
Hanya dengan mengucapkan basmalah dan shalawat, akhirnya rumahpun berdiri dengan tegak. Namun Cuma berselang beberapa saat kemudian, tidak ada angin yang bertiup kencang atau apapun, tiba-tiba rumah bergerak miring. Lantas Asbar merasa ada sesuatu yang mendorongnya melangkah masuk kedalam kolom rumah, dan seketika rumah itupun roboh secara ke tanah. Asbar tertimpa rumah. Namun masih beruntung., dia tidak mengalami luka cedera sedikitpun.

Namun yang aneh dirasakannya, sebab pada talapak tangannya ada banyak bercak darah  segar entah dari mana asalnya. Semua yang hadir sejenak terdiam penuh tanda tanya. Selanjutnya, rumah didirikan kembali dan ternyata sudah aman. Tidak roboh lagi.
Menjelang magrib semua yang hadir membantu, pada bergegas kembali ke rumah masing-masing. Tinggallah Asbar sendiri di sekitar rumah tersebut. Dia terdiam namun di kepalanya tersimpan tanda tanya atas tragedi yang baru dialaminya. Sebelum meninggalkan lokasi tersebut dia berkata : “Sekiranya ada yang merasa keberatan atas pembangunan rumah ini, jangan mendatangi pemiliknya. Tapi saya undang datang kerumah saya di Sungguminasa..”
Pada malam harinya saat menuju tempat tidur, Asbar merasakan di dalam kamarnya ada sesuatu yang aneh, tidak seperti biasanya. Dan ternyata benar dia merasakan di antara tidur dan tidak tidur, ada sosok wanita tua yang berdiri tepat di depan kamar tidurnya. Dia menatap tajam memancarkan aurah kebencian. Asbarpun mempersilahkannya masuk. Tapi, kata nenek miterius itu dalam bahasa Makassar; “Anrinni mi ..!” (Disini saja). Kata Asbar, ada keperluan apa nenek kemari ? “Itu rumah yang kamu bangun tanpa seizin saya sebagai penguasa setempat” jawab si nenek. Ternyata sosok yang berbicara itu bukan manusia, tetapi golongan jin.

Kata Asbar, kami tidak tahu sama sekali kalau nenek penguasa di tempat itu, sebab selama ini yang kami ketahui, manusialah yang berhak mengatur dan menguasai tempat dimana yang dianggap miliknya. Wanita tua marah karena pemilik rumah tidak mengadakan ritual sebelumnya. Tapi Asbar juga beragumen bahwa manusia tidak perlu minta izin kepada bangsa jin bila mendirikan rumah. Dan wanita itu pun menuntut masalah lain. “Kamu telah membunuh salah satu warga kesayangan saya”. kata si nenek. Asbar membantah ; “Saya tidak merasa membunuh siapa-siapa” tegasnya.

Dan dengan kekuatan spiritual yang dimiliki sang nenek, dia memperlihatkan rekaman kejadian tadi sore. Alangkah kagetnya Asbar sebab ternyata rubuhnya rumah itu akibat campur tangan makhluk jin yang berbentuk buaya putih berdiri dan berjalan seperti manusia. Dan salah satu diantaranya jadi korban, karena tanpa disengaja tangan kanan Asbar membentur sebuah tiang rumah tepat dimana seekor buaya berdiri disitu, dan kepalanya pecah bersimbah darah, dan mati. Katanya Asbar, Nek, saya mohon maaf sebab saya tidak sengaja dan tidak tahu sama sekali. Mendengar penuturan Asbar, si nenek pun menghilang setelah mengatakan, bahwa Asbar telah berutang nyawa kepadanya.

Beberapa waktu kemudian, seorang lelaki kerabat dekat Asbar datang memancing ikan di kanal sekitar lokasi rumah tersebut, kemudian meninggal di kolom rumah, padahal dia sama sekali tidak menderita sakit apapun. Asbar berfikir, inikah utang nyawa yang harus dibayar ? (jabbar)



Berita Terkait:

Mitos Utama
Fenomena
Liputan
DAFTAR ALAMAT
Pengobatan Alternatif
Konsultasi Gaib
Orang Pintar
Rumah Sakit
Telpon Penting
 
Copyright 2010 Majalah MITOS Makassar. All rights reserved.
Themes by MITOS | Redesign by crew Mitos