Penghuni Jembatan Tello


Jembatan tello yang dihuni buaya putih (foto MITOS)

Sebuah mobil Avanza warna silver, melaju kencang dari arah Maros. Di dalam mobil ada lima orang pemuda warga keturunan India, sepertinya berada dibawah pengaruh minuman keras. Mereka mengemudi sembari tertawa terbahak-bahak. Malam itu kira-kira pukul 02.00 dini hari, memang kendaraan lagi sepi, hanya beberapa bus angkutan daerah yang melaju kedalam kota mengantar penumpang.
Avanza itu masih melaju kencang, hingga tiba di jembatan Tello. 

Pengemudi ternyata semakin bernafsu tancap gas. Sewaktu kendaraaan hendak memasuki jembatan, tiba-tiba melintas seekor kerbau putih yang sangat besar. Karena besarnya hingga menutupi sebagian sisi jembatan. Sontak saja pengemudi mobil itu kaget, hingga dia membanting setir mobilnya ke sisi kiri. Dia berusaha menghindari kerbau itu. Tapi apa lacur, pengemudi itu hilang kesadaran, dari kepalanya mengucur darah segar akibat hantaman setir mobil.
Anehnya, mobilnya justeru berada di atas lintasan pipa PDAM yang berada di sisi kiri atas jembatan Tello. Entah apa yang membuat mobil itu sampai berada diatas sana ? Siapa yang mengangkatnya ? Mengapa terjadi demikian ? Pertanyaan seperti itu yang ada dalam pemikiran orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu. Lucunya lagi ada yang menganggap itu adalah rekayasa dari sebuah iklan bank pemerintah, yang memang lagi getol-getolnya ditayangkan di tv. Itu terjadi tahun 1992 lalu, yang cukup menggemparkan Makassar, saat foto Avansa itu bertengger di atas pipa PDAM yang jauh lebih tinggi dari pagar jembatan, dan besoknya masuk koran. 

Di sisi lain orang-orang yang berada di sekitar jembatan menganggap bahwa kejadian itu adalah perbuatan mahluk gaib yang menguasai jembatan Sungai Tello. Benarkah demikian ? Siapakah mereka ? Dimana mereka tinggal ? Hasil penelusuran MITOS mengungkapkan ; Sungai Tello berada di kelurahan Tello kec. Panakkukang, Makassar. Sungai ini bermuara di selat Makassar, yang anak-anak sungainya berhubungan dengan sungai Pampang dan sungai Je’neberang. Anak sungainya meliputi sungai Borong  hingga ke Tamalanrea. Penamaan sungai Tello sudah ada sejak zaman kerajaan Tallo yang makna katanya masih kabur hingga saat ini. Di sisi sungai berdiri dengan kokoh gedung PLTU Tello, dan tak jauh dari situ pula sekarang telah berdiri sebuah pusat perbelanjaan yang tak pernah sepi dari pengunjung, yang setiap hari lalu-lalang di atas jembatan Tello. Padahal dibawah jembatan ada dua pasang mata yang mengawasi gerak-gerik mereka di atas sana.

Dua pasang mata itu terus saja mengawasi kendaraaan yang lalu-lalang dari dalam istananya yang berada di dasar sungai Tello, tak jauh dari jembatan. Istana itu serba kuning, dan mereka juga beraktifitas layaknya manusia. Mereka juga berkeluarga, dan antar mereka saling bersosialisasi layaknya manusia pada umumnya. Demikian hasil terawang yang dilakukan Tim Gaib MITOS.

“Biasa muncul dua nenek (buaya) putih disini”  ujar Jamaluddin Dg. Minggu (40 ) seraya menunjuk ke arah bawah jembatan. Dg. Minggu, demikian panggilan akrabnya, telah mendiami sisi jembatan sejak 10 tahun lalu. Kata nenek, sering dianalogikan untuk kata buaya, apabila kita berada di pinggir sungai.”Pamali bedeng, kata orangtua untuk menyebut nama buaya” jelas Dg.Minggu 

“Kemunculan kedua buaya putih disini, biasanya sekedar memberikan peringatan kepada kita, bahwa akan terjadi suatu peristiwa besar yang berupa musibah seperti yang terjadi beberapa tahun lalu, yaitu banjir yang menenggelamkan hampir sebagian pesisir sungai Tello, diantaranya Tamalanrea”. ujar Dg. Minggu.
“Kami yang tinggal disini sudah biasa dengan keberadaan mereka karena mereka tak pernah mengganggu kita”. tambahnya lagi.

“Banyak orang yang biasa saya antar untuk membawa sesaji kepada mereka. Sesajinya berupa songkolo (nasi ketan), telur, juga pisang”. jelas Dg. Minggu.

“Penghuni sungai ini besar sekali, tubuhnya sebesar perahu ini, belum lagi ekornya”. Jelas Dg. Minggu seraya menunjuk perahu yang ada ditepi sungai, ketika ditanyakan perihal ukuran tubuh buaya putih tersebut.

“Sebaiknya apabila kita melintasi jembatan ini apalagi menjelang tengah malam, seharusnya memberi salam atau sekadar permisi kepada mereka yang merupakan penghuni yang paling dulu menempati tempat itu dibanding kita manusia, sekedar permisi” pinta Dg.Minggu. 

“Kalau munculki penghuninya, biasanya berdua ki, dan mereka hanya mengapung di sekitar jembatan”. jelas Dg. Minggu lagi.

“Selain kemunculan berbentuk buaya, kemunculan penghuni jembatan Tello juga kadang berwujud kerbau putih, juga tak jarang berbentuk seperti manusia juga”. Kata wagra sekitar kepada Wartawan MITOS.

Melihat fenomena ini, selayaknya manusia bisa menyadari bahwa di bagian dimensi lain dari alam kehidupan kita, ada juga kehidupan lain yang merupakan mahluk ciptaan Tuhan,  yang semestinya dihargai keberadaannya. Mereka menghuni setiap bagian dari bumi ini, mulai dari hutan, gunung, laut, sungai, samudra, bahkan hingga  di daerah kutub sekalipun. Mereka ada, dan sebenarnya ingin mengenal manusia. Hanya kemudian akan sangat tergantung pada manusia, apa mau kenal mereka  atau tidak (awing)

Majalah MITOS
Mengungkap Fenomena Kehidupan

Redaksi: Bumi Antang Permai
Jl. Lasuloro Dalam VI/37
Telp (0411) 5457858-491980
Makassar-Indonesia
e-mail: majalahmitos@gmail.com

Berita Terkait:

Mitos Utama
Fenomena
Liputan
DAFTAR ALAMAT
Pengobatan Alternatif
Konsultasi Gaib
Orang Pintar
Rumah Sakit
Telpon Penting
 
Copyright 2010 Majalah MITOS Makassar. All rights reserved.
Themes by MITOS | Redesign by crew Mitos